Minim Efek Samping, Berikut 5 Alat Kontrasepsi yang Efektif Atur Jarak Kehamilan

img
Ilustrasi keluarga

KOMPAS.com – Bagi pasangan suami-istri, mengatur jarak kehamilan merupakan hal penting dalam perencanaan keluarga.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kehamilan idealnya berjarak antara 18 sampai 24 bulan dari persalinan sebelumnya.

Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan kehamilan berjarak tiga tahun dari persalinan sebelumnya.

Salah satu cara efektif untuk mengatur jarak kehamilan adalah penggunaan alat kontrasepsi. Saat ini, terdapat beragam jenis alat kontrasepsi yang bisa dipilih oleh pasangan suami-istri.

Beberapa di antaranya pun memiliki tingkat efektivitas tinggi dan minim efek samping. Berikut adalah ulasannya.

1. Pil KB

Pil keluarga berencana berencana (KB) merupakan salah satu alat kontrasepsi paling umum di Indonesia.

Dengan harga terjangkau, alat kontrasepsi itu memiliki tingkat keefektifan hingga 98 persen. Kekurangannya, pil ini harus dikonsumsi setiap hari agar memberikan hasil optimal.

2. Kondom pria

Kondom merupakan alat kontrasepsi berbahan lateks yang berfungsi menghalangi sperma mencapai sel telur.

Beberapa keunggulan alat kontrasepsi tersebut adalah harganya terjangkau serta mudah digunakan dan didapatkan di toko atau apotek.

Baca juga: Apakah Tujuan Menikah adalah Mencari Kebahagiaan Saja?

Namun, jika tidak digunakan secara tepat, tingkat kegagalan kondom pria dapat mencapai 15 persen. Alat kontrasepsi ini pun hanya bisa sekali digunakan dan harus diganti setiap ejakulasi.

3. Suntik KB

Suntik KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang efektif dan praktis. Pasalnya, penggunaan kontrasepsi ini tidak perlu pengulangan setiap hari.

Berdasarkan periode penggunaan, terdapat dua jenis suntik KB, yaitu suntik KB yang dilakukan setiap tiga bulan dan satu bulan.

Tingkat kegagalan alat kontrasepsi itu pun kurang dari 1 persen. Namun, harga suntik KB relatif lebih mahal jika dibandingkan pil KB.

4. IUD

Intrauterine device (IUD) merupakan alat kontrasepsi berbahan plastik yang menyerupai huruf T. Alat ini diletakkan di dalam rahim.

Sebagai informasi, terdapat dua jenis IUD, yakni IUD yang terbuat dari tembaga dan dapat bertahan hingga 10 tahun serta IUD yang mengandung hormon dan perlu diganti setiap 5 tahun.

Kelebihan IUD adalah tidak memerlukan perawatan rumit dan lebih tahan lama. Namun, IUD jenis tembaga berisiko menyebabkan haid tidak lancar. Selain itu, biaya IUD juga lebih mahal jika dibandingkan jenis alat kontrasepsi lain.

5. KB implan

KB implan atau susuk merupakan salah satu alat kontrasepsi dengan tingkat efektivitas tinggi dengan tingkat kegagalan kurang dari 1 persen. Meski demikian, jenis kontrasepsi ini relatif lebih mahal jika dibandingkan alat kontrasepsi lain.

Berukuran kecil, seperti batang korek api, KB implan digunakan dengan cara dimasukkan ke bagian bawah kulit, biasanya pada lengan bagian atas. Alat kontrasepsi ini bekerja dengan cara mengeluarkan hormon progestin atau progestogen secara perlahan.

Adapun KB implan umumnya memiliki masa pakai selama tiga tahun.

Itulah lima alat kontrasepsi dengan tingkat efektivitas tinggi dan minim efek samping yang dapat membantu pasangan suami-istri untuk mengatur jarak kehamilan.

Baca juga: 10 Daftar Persiapan Pernikahan Wajib Calon Pengantin

Sebagai informasi, mengatur jarak kehamilan dapat memberikan beragam manfaat, seperti mengoptimalkan tumbuh kembang anak, membuat anak mendapatkan bonding yang ideal dengan orangtua, serta menjaga kesehatan fisik dan psikis orangtua.

Selain itu, mengatur jarak kehamilan juga menjadi salah satu upaya orangtua dalam mempersiapkan kondisi keuangan bagi masa depan anak.

Demi menciptakan Generasi Bersih dan Sehat (genbest), mengatur jarak kehamilan juga dapat menghindari risiko penyakit, termasuk stunting, pada anak.

Stunting memiliki dampak bagi gangguan tumbuh kembang yang akan memengaruhi masa depan anak. Misalnya, ukuran tubuh yang pendek, serta tingkat kecerdasan rendah sehingga sulit mendapat kesempatan kerja yang layak.

Anak yang mengalami stunting juga mudah sakit karena memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Oleh sebab itu, banyaknya dampak negatif membuat stunting perlu diatasi dengan baik. Salah satunya, dengan menjaga jarak kehamilan.

Sebagai informasi, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 27,6 persen pada 2019. Upaya seluruh pihak diharapkan bisa menekan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024.

Informasi selengkapnya mengenai pencegahan stunting serta kesehatan keluarga, termasuk remaja putri, bayi, dan ibu hamil, bisa Genbest temukan melalui laman https://genbest.id/.

Penulis : Tim GenBest.id

ARTIKEL TERKAIT
img

5 Manfaat Merencanakan Jumlah Anak Sebelum Menikah

Kompas.com
img

Masa Subur Bisa Jadi Acuan Merencanakan atau Menunda Kehamilan

Kompas.com
img

Pentingnya Stimulasi dan Nutrisi bagi Tumbuh Kembang Anak dalam Masa 1.000 HPK

Kompas.com
img

7 Tes Kesehatan Berikut Wajib Dilakukan Calon Pengantin Sebelum Menikah

Kompas.com
img

7 Hal yang Perlu Diperhatikan Bumil Saat Periksa Kehamilan, Apa Saja?

Kompas.com
img

Cegah Stunting, Calon Pengantin Penting Perhatikan Usia, Gaya Hidup, dan Kebutuhan Asam Folat

Kompas.com
Kunjungi Genbest.id untuk membaca artikel-artikel lain seputar tumbuh kembang anak